Kawan dalam diam

Dulu,
dalam setiap percakapan yang senantiasa dimainkan angin,
selalu kita senandungkan nyanyian perkawanan.
kata-kata tak ubahnya gubahan kunci kunci saat kita bersenda,
saat kita bergurau, tentang makna 'Persahabatan'.
Kita larut dibuai percakapan dan gelak tawa, oleh ganja dan cap orang tua
Kita luruh dibantai sesuatu yang semu., kemunafiqan

Perkawanan kita tak ubahnya istana yang dibangun dengan pasir,
tanpa pondasi yang kokoh.
Perkawanan kita hanyalah kedirian eksistensi yang melapuk,
sebatas kehadiran, canda dan ketidakmengertian.
Dan, datanglah ombak itu...prahara hati
Istana pasir yang kita bangun itu luluh lantak seketika!

Kawan,
Ada yang tidak bisa kita mengerti.
Hati masing-masing yang tak mampu saling merenangi dalamnya rasa.
Hingga akan tetap tak bisa saling memahami.
Kini, percakapan-percakapan yang kita senandungkan bukan lagi sebuah nyanyian,
melainkan raungan-raungan kesunyian!
Sejenis luka karena ketidakmengertian telah memisahkan kita..
Dan semua terkunci dalam satu prasasti, tak ada yang abadi
jadi, jangan bicara cinta !


Kawan,
Selamat genangi air mata...